Sejarah Hok Tek Ceng Sin
Hok Tek Ceng Sin (Hokkien) / Tu Ti Pak Kung (Hakka) adalah dewa bumi. Dahulu Ia adalah raja yang adil dan bijaksana. Ia mempunyai nama Hok Tek, saat berusia 7 tahun ia sudah belajar bahasa Tionghoa kuno. Masa mudanya ia lincah, baik hati, suka bergaul, dan juga menolong rakyat terutama kaum melarat.
Pada usia 36 tahun, Ia menjadi raja yang adil dan bijaksana. Ia sungguh sayang dan peduli pada rakyatnya. Tua Pek Kong juga sering berbuat amal terutama buat kaum papa (melarat).
Pada tahun 1236, Tua Pek Kong meninggal dalam usia 102 tahun. Saat rakyat datang berkunjung untuk melayat , setelah 3 hari wafat wajahnya tidak berubah (tetap seperti orang yang masih hidup). Rakyat yang melihat kaget.
Setelah Tua Pek Kong wafat, Ia digantikan oleh raja yang tamak, kejam,dan jahat. Karena raja yang jahat ini mempunyai kekuasaan penuh maka ia menyiksa rakyat, menghukum rakyat masuk penjara. Rakyat marah dalam hati tapi tak berani diungkapkan, banyak rakyat yang keluar negri lain. Sawah dan ladang tak terurus, rakyat memikirkan masa dimana Tua Pek Kong masih menjadi raja.
Ada satu keluarga yang membuat altar untuk meyembah Tua Pek Kong pagi dan sore. Raja tamak yang berkuasa saat itu menyuruh orang untuk mencari tahu apa yang terjadi, saat ia mengetahuinya ia tertawa pada keluarga itu.
Keluarga yang menyembah Tua Pek Kong tersebut tidak lama menjadi kaya raya. Sejak saat itu orang desa percaya dan juga menyembah Tua Pek Kong setiap pagi dan sore. Lalu penduduk setempat bersama-sama sepakat membuat kelenteng untuk menyembah Tua Pek Kong dan banyak orang datang untuk bersembahyang.
Tidak itu saja bahkan beberapa orang membuat pantun karena kemurahan hati Tua Pek Kong sampai mengharukan makco / Thian Sang Shen Mu. Lalu makco meyuruh 8 dewa untuk menjemput dewa tanah kesurga. Dengan mendengar kabar tersebut penduduk makin percaya dan makin hormat kepada Tua Pek Kong.
Sumber : Kitab Suci Amurva Bumi
Pada usia 36 tahun, Ia menjadi raja yang adil dan bijaksana. Ia sungguh sayang dan peduli pada rakyatnya. Tua Pek Kong juga sering berbuat amal terutama buat kaum papa (melarat).
Pada tahun 1236, Tua Pek Kong meninggal dalam usia 102 tahun. Saat rakyat datang berkunjung untuk melayat , setelah 3 hari wafat wajahnya tidak berubah (tetap seperti orang yang masih hidup). Rakyat yang melihat kaget.
Setelah Tua Pek Kong wafat, Ia digantikan oleh raja yang tamak, kejam,dan jahat. Karena raja yang jahat ini mempunyai kekuasaan penuh maka ia menyiksa rakyat, menghukum rakyat masuk penjara. Rakyat marah dalam hati tapi tak berani diungkapkan, banyak rakyat yang keluar negri lain. Sawah dan ladang tak terurus, rakyat memikirkan masa dimana Tua Pek Kong masih menjadi raja.
Ada satu keluarga yang membuat altar untuk meyembah Tua Pek Kong pagi dan sore. Raja tamak yang berkuasa saat itu menyuruh orang untuk mencari tahu apa yang terjadi, saat ia mengetahuinya ia tertawa pada keluarga itu.
Keluarga yang menyembah Tua Pek Kong tersebut tidak lama menjadi kaya raya. Sejak saat itu orang desa percaya dan juga menyembah Tua Pek Kong setiap pagi dan sore. Lalu penduduk setempat bersama-sama sepakat membuat kelenteng untuk menyembah Tua Pek Kong dan banyak orang datang untuk bersembahyang.
Tidak itu saja bahkan beberapa orang membuat pantun karena kemurahan hati Tua Pek Kong sampai mengharukan makco / Thian Sang Shen Mu. Lalu makco meyuruh 8 dewa untuk menjemput dewa tanah kesurga. Dengan mendengar kabar tersebut penduduk makin percaya dan makin hormat kepada Tua Pek Kong.
Sumber : Kitab Suci Amurva Bumi
Salah satu nya saya dengan tanah ciak te saya sudah di ujung tanduk dan dalam 3 bulan di suruh bongkar rumah.
ReplyDeleteTak di sangka saya terpilih menjadi Lo cu tua pek Kong di kampung ku.
Gak sampai satu bulan di kasi rezeki dapat beli tanah ukuran 18x11 dan bangun rumah dengan full keramik.
Dan sampai selesai genap satu tahun karena ada nun gue jadi 13 bulan hitung kelender cina saya jabat di kelenteng tersebut.
Aneh dari 5 orang yg ada jabatan nomor satu nya adalah saya di pilih harus 3 kali pula poi dengan seng poi langsung tiga kali.